Aplikasi peralatan produksi tahu tempe berbahan dasar stainless sebagai salah satu pilihan jalan dan solusi untuk menghasilkan produk tahu dan tempe yang lebih berkualiatas, higienis dan ramah lingkungan disambut baik oleh kalangan produsen yang sebelumnya masih menggunakan cara-cara konvensional yang dikenal cenderung “bawah standard makanan”. Hal ini tampak dari banyaknya pesanan peralatan stainless oleh para perajin melalui induk koperasinya masing-masing seperti terlihat dari penyelenggaraan Tahu Tempe Fair di Kopti Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Dari petikan berbagai interview oleh Tim T&T Mercycorps kepada beberapa perajin baik yang ada di Jakarta maupun Bekasi, rata-rata mereka menyatakan cukup puas dengan perubahan yang terlihat dari proses pembuatan dibanding dengan masa-masa sebelumnya.
“Yo jelas beda, Mas”, ungkap Pak Sunoto ketika ditanya tentang perbandingan pemakaian drum stainless dengan drum bekas oli. “kalau memakai cara lama tentu prosesnya cenderung tidak bisa bersih. Selain itu dengan drum ini juga menjadi lebih mudah karena tidak harus nungging-nungging (menjorokkan tubuh ke dalam drum. Red), yang itu menyebabkan perajin menjadi gerah dan berkeringat deras yang tentunya bisa jatuh ke rebusan kedelai”, tambahnya sembari tertawa.
Seperti halnya Pak Noto, Nuraji, perajin tempe asal Kranggan, Bekasi tampak bersemangat sekali saat menjelaskan hasil percobaannya menggunakan drum stainless kepada salah seorang teman sesama perajin tempe beberapa hari lalu di rumahnya. “Aku baru seminggu memakai drum ini, tapi bener hasilnya pancen bedho banget (Jawa: memang sangat berbeda)”, ungkapnya dengan bahasa Jawa yang lugas. “saat penggodokan sudah tampak lebih putih dan bersih”, tambahnya lagi.
Baik Sunoto maupun Nuraji sudah menggunakan peralatan stainless dan telah merasakan manfaat peralatan tersebut untuk memperbaiki proses dan hasil produksinya, hal yang tentu diharapkan oleh perajin-perajin lainnya yang hendak mengaplikasikan. Dan untuk menjaga produksi tersebut keduanya pun sudah melakukan branding atau melabeli produknya dengan nama tertentu. Meski mengaku belum dapat sepenuhnya merasakan dampak label secara langsung, keduanya berharap bahwa proses ini akan dapat membantu memberi gambaran yang cukup jelas kepada masyarakat terhadap produk mereka serta menjadi investasi bagi standard kontrol kualitas atas produk mereka. Semoga.[L]
Dari petikan berbagai interview oleh Tim T&T Mercycorps kepada beberapa perajin baik yang ada di Jakarta maupun Bekasi, rata-rata mereka menyatakan cukup puas dengan perubahan yang terlihat dari proses pembuatan dibanding dengan masa-masa sebelumnya.
“Yo jelas beda, Mas”, ungkap Pak Sunoto ketika ditanya tentang perbandingan pemakaian drum stainless dengan drum bekas oli. “kalau memakai cara lama tentu prosesnya cenderung tidak bisa bersih. Selain itu dengan drum ini juga menjadi lebih mudah karena tidak harus nungging-nungging (menjorokkan tubuh ke dalam drum. Red), yang itu menyebabkan perajin menjadi gerah dan berkeringat deras yang tentunya bisa jatuh ke rebusan kedelai”, tambahnya sembari tertawa.
Seperti halnya Pak Noto, Nuraji, perajin tempe asal Kranggan, Bekasi tampak bersemangat sekali saat menjelaskan hasil percobaannya menggunakan drum stainless kepada salah seorang teman sesama perajin tempe beberapa hari lalu di rumahnya. “Aku baru seminggu memakai drum ini, tapi bener hasilnya pancen bedho banget (Jawa: memang sangat berbeda)”, ungkapnya dengan bahasa Jawa yang lugas. “saat penggodokan sudah tampak lebih putih dan bersih”, tambahnya lagi.
Baik Sunoto maupun Nuraji sudah menggunakan peralatan stainless dan telah merasakan manfaat peralatan tersebut untuk memperbaiki proses dan hasil produksinya, hal yang tentu diharapkan oleh perajin-perajin lainnya yang hendak mengaplikasikan. Dan untuk menjaga produksi tersebut keduanya pun sudah melakukan branding atau melabeli produknya dengan nama tertentu. Meski mengaku belum dapat sepenuhnya merasakan dampak label secara langsung, keduanya berharap bahwa proses ini akan dapat membantu memberi gambaran yang cukup jelas kepada masyarakat terhadap produk mereka serta menjadi investasi bagi standard kontrol kualitas atas produk mereka. Semoga.[L]
0 comments:
Posting Komentar