Pembukaan program magang nasional, Smesco

Sedikitnya 250 peserta program magang nasional kementrian koperasi RI sedang mengikuti acar pembukaan di gedung SMESCO, jl. Gatot Subroto Jakarta..

Pembukaan praktek magang, KOPTI

Sebanyak 20 orang peserta mengikuti acara pembukaan magang dan materi hari pertama untuk sektor produksi tahu tempe. acara dilangsungkan di gedung Primkopti Jakarta Selatan, 3 November 2011

Belajar mengelola keuangan usaha

Salah satu materi yang dielaborasi dalam acara magang tersebut adalah manajemen keuangan. materi ini dirasa penting untuk menumbuhkan mental kewirausahaan yang lebih sistematis dan terencana

Memantapkan sektor tempe

Forum Tempe Indonesia (FTI) selaku salah satu narasumber dalam lanjutan magang di kantor MercyCorps, mengemukakan berbagai potensi besar yang dimiliki oleh tempe sebagai sebuah komoditas yang bukan 'remeh temeh' serta memiliki potensi ekonomi yang besar

Dinamika kelompok

Metode penyampaian yang mengedepankan partisipasi dan dialog diharapkan mampu memacu rasa keingintahuan, pelibatan diri dan integrasi pada serapan-serapan materi. Dengan demikian peserta akan lebih dalam memahami persoalan tahu tempe dan mampu merumuskan ide-ide lebih segar

Turun dapur tempe

Praktek di dapur tahu tempe, melihat dan merasakan langsung proses produksi tempe bagi peserta diharapkan dapat memberi gambaran yang lebih gamblang tentang tempe, pola produksi dan berbagai permasalahannya

Angkat tempe ke tempat penyimpanan

Meski sebagian besar peserta adalah putra-putri para produsen tempe, dengan mengajak mereka melihat dan merasakan proses pembuatan tempe di tempat lain diharapkan mampu memberi ruang perbandingan untuk menajamkan gambaran tentang sektor tahu tempe

Take gambar di lokasi praktek magang

Proses pendokumentasian acara magang oleh petugas yang ditunjuk kementrian koperasi, nantinya diharapkan mampu memberi informasi yang lebih yang dapat meyakinkan putra-putri perajin, dan masyarat umum, bahwa sektor tahu tempe memiliki andil yg besar dalam putaran ekonomi bangsa karena jumlahnya yang mencapai ribuan

Kopti Jaksel Vis a vis Kopti Kendal

Kopti Jakarta Selatan sedang melakukan sharing pengalaman dengan pengurus Kopti Kendal jateng. Pertemuan tsb diharapkan saling ukur kekuatan dan kelemahan dari masing-masing lembaga untuk upaya perbaikan kinerja organisasi dan usaha kedepan.

Gudang tempe Pak Sohibien

Tampak Pak Sohibin (perajin tempe) sedang menunjukkan gudang tempe miliknya. tempe-tempe yang telah diproses dan dikemas akan diletakkan ditempat ini untuk selanjutnya siap dilempar ke pasar.

Promosi Peralatan produksi Higienis

Tampak Pak Ateng (distributor) sedang dengan bersemangat mempromosikan peralatan produksi yang dijual di showroomnya seperti ketel uap, bronjong, dandang, mesin pemecah kedelai hingga cetok tahu, yang kesemuanya berbahan stainless steel.

Demonstrasi Ketel Uap Tahu

Peserta launching berkesempatan menyaksikan showroom peralatan produksi tahu dan tempe, termasuk demo ketel uap untuk permbuatan tahu berbahan bakar LPG hasil besutan Pak Eman asal Ciamis ini.

Equipment Launching Bekasi

Sedikitnya 80 produsen tahu dan tempe hadir dalam acara Diskusi dan Peresmian Kerjasama antara SNP Finance dan distributor peralatan di Margahayu, Bekasi(23/09/11)

Workshop pembuatan tempe

Peserta workshop pembuatan tempe tengah dengan serius mendengarkan penjelasan dari Pak Sunoto, perajin tempe percontohan program TnT Mercycorps di Kramat Djati, Jakarta Selatan (17/08/11).

Sosialisasi Pola Produksi Higienis Jakut

M. Ridha tengah memberikan presentasi terkait pola produksi tahu dan tempe higienis dalam acara pendampingan yang diselenggarakan oleh Sudin Pemerintahan dan KOPTI Jakarta Utara.

Labeling sebagai kontrol kualitas

Tim TnT Mercycorps tampak sedang terlibat diskusi tentang branding bersama dua perajin tempe asal Kranggan, Sarbun dan Muslim. Di rumah yang sekaligus pabrik milik Pak Sarbun tsb mereka bertekat memulai proses branding sebagai langkah lanjut..

Perajin menentukan desain label

Pak Muslim, seorang perajin asal Kranggan Bekasi, tampak sedang berargumentasi mengenai nama label yang akan dipakainya dalam proses branding: akhirnya label "Tempe Pak Mus Pekalongan" dipilihnya dengan yakin sebagai alternatif terbaik.

"Tahuku" diserbu pengunjung

Stand tahu higienis bebas formalin, "TAHUKU" milik Pak Carido dari Mampang tampak diserbu pengunjung hingga ludes terjual, dalam event bertajuk Festival Makanan Nusantara di halaman kantor Walikota Jakarta selatan (28/07).

Setuju tanpa formalin!

Beberapa pengunjung stand tampak terlibat pembicaraan serius tentang proses produksi tahu higienis dan menghindari penggunaan formalin sebagai pengawet.Seorang anggota tim MercyCorps tampak ikut bergabung dalam percakapan tersebut

Boot TnT MercyCorps di MEKAR 2011

Boot TnT Program MercyCorps mendisplay peralatan produksi stainless steel sebagai sarana promosi produk tahu dan tempe higienis dan ramah lingkungan. Sementara itu beberapa produk tempe ludes diserbu pengunjung

Stainless steel untuk produk higienis

Ridha menjelaskan fungsi peralatan berbahan stainless sebagai salah satu cara yang sangat mendasar. selain lebih mudah untuk membersihkan, pemakaian alat ini dapat menekan resiko tercampurnya kacang kedelai dengan karat yang berbahaya untuk terkonsumsi oleh manusia

Rame-rame borong tempe

Pengunjung yang sebagian besar adalah kalangan pebisnis muda beramai ramai saling kunjung stand untuk bertukar informasi. Beberapa pengunjung tampak singgah di boot TnT dan memborong beberapa produk tempe yang sebenarnya disediakan untuk sample display

Mendeteksi potensi bisnis dan investasi

Team TnT MercyCorps tengah menjelaskan kepada seorang pengunjung tentang perbedaan produk tahu tempe yang diproduksi secara konvensional dengan produk higienis yang telah menggunakan peralatan berbahan stainless steel dan LPG gas sebagai bahan bakarnya

Stand KOPTI Jaksel di Harkopnas Expo

Harkopnas Ekspo 2011 diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta dalam rangngka memperingati Hari Koperasi nasional ke-64. Ekspo diikuti oleh banyak kalangan pelaku usaha kecil dan menengah dari berbagai kota dan provinsi di Indonesia

Tester tahu tempe PRIMKOPTI Jaksel

Selain menyediakan fresh tempe higienis yang masih hangat dan siap olah, stand PRIMKOPTI Jaksel juga menyediakan beberapa jenis olahan tahu dan tempe yang sudah dikemas rapi dan berlabel. Pengunjung dapat mencicipi tester gratis di lokasi expo

Kunjungan artis dan pejabat negara

Selain ramai dikunjungi oleh kalangan umum dan mendapat apresiasi yang positif, stand Primkopti Jaksel juga menerima kedatangan beberapa pejabat kementrian koperasi, gubernuran DKI serta Dekopin.

Tampilkan postingan dengan label Branding. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Branding. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Desember 2011

Suwarno: Terdorong Bikin Tempe Berkualitas

Suwarno – Pengrajin tempe kelahiran Pekalongan 62 tahun yang lalu itu tampak lebih muda 10 tahun dari usian sebenarnya. Pabrik tempe miliknya yang berlokasi  di Kavling Serpong RT 02/04 Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan telah berdiri sejak tahun 1990.

Dalam menjalankan roda usahanya, Pak Suwarno melibatkan isteri dan  4 orang anaknya serta 3 orang keponakannya yang tinggal serumah dengannya. Anak laki-lakinya yang saat ini masih kuliah sementer 6 di Pamulang lebih banyak membantu di proses produksi tempe, sedangkan putrinya yang juga kuliah di semester 2, bersama ibunya menjual tempe di pasar Serpong.

Di awal November 2011, Pak Suwarno membeli seperangkat peralatan produksi stainless steel ( Drum stainless ukuran 90kg, LPG dan mesin pengupas kulit kedelai) dari CV- Kubangan Prima. Informasi alat produksi dari stainless steel diperoleh dari Nuraji – pengrajin tempe asal Kranggan, Bekasi yang memperoleh subsidi pembelian drum stainless dari Mercycorps Indonesia. Pak Nuraji sendiri tak lain adalah  adik dari  Suwarno.

Perubahan yang paling dirasakan oleh Suwarno dengan mengganti peralatan stainless dan gas LPG  adalah karena kemudahan penggunaannya.

"Sekarang saya tidak perlu lagi membungkuk untuk mengambil kedelai yang telah direbus, untuk dipindahkan, untuk perendaman dan tentunya tidak membuat sakit pinggang..haha..".

Begitu pula penggunaan gas menurutnya telah menghemat waktu sekitar 3 jam,

"Biasanya merebus kedelai 250 kg mulai dari jam 9 pagi hinggá jam 3 sore, sekarang dari jam 9 pagi hinggá jam 11.  Kemudian masalah asap dan suhu udara di rumah juga lagi tidak panas"

Pergantian peralatan dan bahan bakar telah memberikan banyak manfaat bagi Pak Suwarno seperti  rumah tidak lagi banyak asap, waktu istirahat lebih panjang, hemat tenaga, rumah lebih bersih karena tidak ada tumpukan kayu dan alat baru ini bisa awet sampai 10 tahun. 

Penggunaan alat stainless telah menarik perhatian pengrajin disekitar Serepong seperti Bu Sidon dan Riyanto. Mereka juga berkeinginan mengganti peralatan produksi yang lama dengan stainless.

Pak Suwarno juga turut serta dalam program branding dari Mercycorps. Perkenalannya dengan Mercycorps melalui Pak Nuraji dengan memberikan informasi nomor telephone staff lapangan Mercy yaitu  Ana dan Aliq.

Proses pembuatan Merk Suwarno terhitung cepat. Setelah 2 minggu, tempe dikemas dengan menggunakan plastik bermerk  Tempe Suwarno, justru mengingatkannya pada Surat Izin Usaha, P- IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), dan Izin Depkes yang perñah ia miliki 16 tahu lalu dengan nama Maju Jaya. Selain itu,  Pedagang di Pasar Serepong juga memberikan rekomendasi kepada konsumen. “Ini tempe yang enak", ujar seorang pedagang sembari menunjuk tempe merk Suwarno. Pembeli juga sudah mengenal Merk Suwarno. Bagi Pak Suwarno sendiri branding sangat penting karena produknya bisa dikenal lebih luas dan memotivasinya untuk menggunakan bahan-bahan yang berkualitas terutama kedelainya. Saat ini ia menggunakan kedelai super.

Meskipun baru hitungan bulan menggunakan kemasan berlabel dan menjualnya dengan harga Rp.7000/pieces serta menggunakan peralatan stainless, tetapi Pak Suwarno sudah mulai melihat kenaikan kapasitas produksi sebanyak 15 kg dalam catan pembukuannya, yaitu dari 250 kg/hari menjadi 265 kg/hari.[Yuyu/Irfan]

Rabu, 02 November 2011

T&T "Sisipkan" Produk Bersih Di Ajang KSN Expo Internasional 2011

Dalam rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN), Departemen Sosial RI menyelenggarakan KSN Expo Internasional ke-4 & Awards 2011 di Ruang Cendrawasih dan Exhibition Hall B, Jakarta Convention Center dari 27-30 Oktober 2011. Acara yang ditujukan untuk menjadi forum komunikasi dan berbagi informasi tentang banyak program untuk mengurangi kemiskinan dan Tanggung Jawab Sosial ini resmi dibuka oleh mensos Salim Saggaf Aldjufri (27/10/11).

Selain diikuti oleh berbagai lembaga dari dalam dan luar negeri seperti Kedutaan, departemen pemerintahan, pemuda, perempuan, komunitas adat, universitas, bank, Lembaga Keuangan Mikro, Industri, jasa, Asosiasi Perdagangan Internasional dan perusahaan nasional/multinasional yang menerapkan CSR dan lain-lain, kegiatan tersebut juga melibatkan beberapa Organisasi Non Pemerintah (LSM) baik yang berskala lokal maupun internasional.

Mercycorps Indonesia yang menempati stand bagian belakang Hall B berdampingan dengan beberapa NGO lain sudah mulai bersiap "gelar lapak" sejak pagi hari (27/10/11). Sayang, mepetnya waktu persiapan di tengah berbagai kesibukan program-program yang ada ditambah peta lokasi yang kurang strategis dan sempit menyebabkan performance tidak bisa benar-benar maximum. Bahkan program T&T yang semula berencana mengusung 2 jenis peralatan produksi berbahan stainless yakni alat pemecah kedelai dan dandang akhirnya menggagalkan niatan tersebut dengan pertimbangan ukuran stand yang tidak memadai.

Tri Widyastuti, staff Goverment Mercycorps yang dari awal mengkoordinasikan acara juga cukup menyayangkan keadaan tersebut, "Menurut juklak acara yang kami terima seharusnya ukurannya lebih lebar dari ini. 3x2 meter memang terlalu sempit untuk display seperti yang kita inginkan.", ungkapnya di lokasi pameran selepas pembukaan. "tapi nggak apa-apa, kita bisa memaklumi. maksimalkan saja yang ada", tambahnya lagi.

Sementara itu Tim T&T yang diwakili oleh Loji akhirnya "hanya" mampu memboyong 1 paket produk tempe higienis ukuran besar sejumlah 20 buah hasil produksi Pak Sunoto dari wilayah Kramat Jati serta satu paket lagi tahu olahan produksi Sutaryo, Kopti Jakarta Selatan dengan jumlah yang sama. Dan karena tempat yang sempit kedua produk itupun nyaris tak kebagian tempat "mejeng" dan terpaksa harus nebeng di gerobak kedai balitaku milik program Kebal, berdampingan langsung dengan kedoteng (kereta sedot sapiteng) yang bahkan harus sedikit memakan ruas jalan pengunjung.

"Ini di luar bayangan kita sebelumnya. bahkan backdrop yang sudah sesuai dengan layout awal kita terpaksa harus menyesuaikan", ujar Sony Iskandar dari bagian Publication MercyCorps. "Jadi ya agak menjorok dikit gak apa-apalah. kita minta maaf sama teman-teman semua", lanjutnya sembari tertawa.

Acara yang sedianya berlangsung selama tiga hari itu pun banyak dipenuhi pengunjung pada hari pertama pembukaan. Stand MercyCorps yang berada di blok NGO tak pelak juga menarik banyak peminat, baik untuk sekedar melihat-lihat, mengambil one pager hingga menyampaikan keinginan untuk membuka jaringan usaha makanan sehat untuk balita. Selain itu tidak sedikit pula di antara pengunjung yang lantas membeli produk tahu maupun tempe setelah beberapa saat mengamati dan berdialog dengan perwakilan tim. Loji yang ditugasi mengawal tak pelak dibuat sibuk dengan memberi penjelasan terkait produk higienis sebagaimana brand produk bersih program T&T beserta kerja-kerja yang telah dilakukan.

"Untung ada gerobak Kebal, jadi bisa nebeng display. Masak tempe mau ditaruh di atas kedoteng", celetuk loji menjawab keberatan seorang petugas Kebal yang merasa sedikit "terganggu" dengan distorsi produk tahu dan tempe di antara jajanan balita yang digelarnya. "Selain minta maaf kami juga sangat berterimakasih sama teman-teman Kebal yang bersedia berbagi tempat. Begitulah, sesama kawan harus saling membantu, sesuai dengan tema acara expo kita hari ini. hehe...", tukasnya ringan sembari berkemas setelah seluruh tempe yang dibawanya ludes terjual.(Loji)

Selasa, 09 Agustus 2011

Branding Bagi Produk Tahu dan Tempe

Program T&T MercyCorps sedang gencar-gencarnya melakukan branding kepada pengrajin tahu dan tempe yang telah melakukan perubahan pada proses produksinya. Kriteria pengrajin yang mendapat subsidi branding adalah pengrajin tahu dan tempe yang sudah  menggunakan dandang stainless dan gas elpiji.  Kunjungan ke tempat Pak Sarbun dan Pak Muslim pada Senin (08/08/2011) memberikan makna yang baik bagi perkembangan program. Sharing pengalaman pak Sarbun  yang sudah menggunakan drum stainless steel ternyata sangat memberikan manfaat dalam proses produksi terutama penggunaan elpiji.  Kini untuk memasak  50kg kedelai hanya dibutuhkan gas kurang dari 1 tabung elpiji ukuran 3 kg.

Hal lain  yang menarik adalah ketika kami akan pulang, pak Muslim mengetuk kaca mobil kami dan mengungkapkan bahwa mereknya yang tadi didiskusikan dirubah dari “ Tempe Malang Pak Mus menjadi Tempe Super atau Tempe Murni Pak Mus Pekalongan. Berbicara mengenai Branding bagi pengrajin tahu dan tempe mungkin adalah sesuatu yang baru. Meskipun mereka tahu sejak lama mengenal kata merek, tetapi kini merek akan menjadi bagian dari kegiatan usaha mereka. Oleh karenanya kita perlu mengenal apa itu merek dan manfaatnya bagi produsen dan konsumen.


Merek menurut UU Merek no 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tertersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.”  Definisi ini mirip dengan definisi dari American Marketing Association yang menekan kan peranan merek sebagai identifier dan differentiator. Berdasarkan dua definisi tersebut maka apabila seseorang membuat nama, logo atau symbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek.

Manfaat Merek bagi Produsen
Selain memberi sumbangan manfaat yang besar bagi produsen, merek juga akan sangat membantu proses segmentasi dan pencitraan produk di tingkat konsumen. Beberapa manfaat penting terkait merek pada produk bgi produsen diantaranya: 1). Membuat produk yang satu beda dengan yang lain 2). Bentuk perlindungan hukum terhadap produk. 3). Simbol dari peningkatan kualitas produk dan peningkatan layanan kepada konsumen sehingga konsumen dapat memilih dengan mudah dan akan membelinya lain waktu. Loyalitas seperti ini akan menghasilkan predictability dan security permintaan bagi produsen dan dapat menjadi peluang bagi produsen untuk menghambat masuknya competitor baru. 4). Sumber financial return terutama menyangkut pendapatan masa datang.


Sementara bagi konsumen keberadaan merk juga sangat berguna,, diantaranya 1). Memudahkan konsumen dalam mencari produk yang akan dikonsumsinya.sehingga menghemat waktu dalam berbelanja dan menimbulkan loyalitas terhadap produk. 2). Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa dimanapun mereka berada akan mendapatkan produk dengan kualitas yang sama.3). Memberikan konsumen pilihan yang terbaik dari produk sejenis. 4). Simbol dari life style konsumen. 5. Kepuasan dari perilaku bertanggungjawab produsen kepada masyarakat.[]Yuyu

Selasa, 02 Agustus 2011

TAHUKU, Tahu Higienis Bebas Formalin!

JAKARTA, MC-T&T -- “TAHUKU, tahu higienis dan bebas formalin”, demikian bunyi slogan dan sekaligus merk yang terpampang di tahu milik Carido, seorang produsen tahu di daerah Mampang Jakarta Selatan. Pada 28 Juli 2011 lalu, Carido bersama Mercy Corps menjadi salah satu stand partisipant dalam “Festival Makanan Nusantara” di halaman kantor Walikota Jakarta Selatan. Sedikitnya 30 stand makanan digelar pada event yang diselenggarakan oleh Sudin Perindustrian Jakarta Selatan tersebut.

Terpilihnya Carido sebagai salah satu partisipan tentu bukan tanpa alasan, Pihak penyelenggara -- dalam hal ini Sudin Perindustrian -- menilai bahwa tahu milik Carido memang sudah selayaknya untuk dipromosikan kepada masyarakat dengan alasan proses yang sudah memenuhi standard higienis, bersih dan bebas dari penggunaan bahan pengawet formalin yang ditengarai berbahaya bagi kesehatan konsumen.

Sedari dulu, terlebih setelah melakukan renovasi pabrik dan berganti ke peralatan stainless steel, tempat tinggal carido memang mulai sering mendapat kunjungan dari berbagai instatnsi pemerintah, baik untuk tujuan uji coba maupun sekedar tinjauan seremonial pejabat. “banyak mbak yang sering datang dari pihak pemerintah ke pabrik saya” ujar Carido ketika dihubungi tim T&T beberapa waktu lalu.

Sebelumnya Progran T&T MercyCorps melakukan supporting terhadap Carido melalui pembuatan desain beserta pembiayaan cetak label plastik tahu miliknya. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa  tahu Carido telah diproses secara bersih dan telah menggunakan peralatan higienis stainless steel, sejalan dengan sasaran kerja program T&T. Sedangkan digelarnya ajang Festival Makanan Nusantara ini tentunya memberikan keuntungan tersendiri bagi Carido untuk dapat mengenalkan produk tahu yang diproduksinnya kepada masyarakat secara lebih luas, pun juga sebagai bagian dari pengembangan jaringan untuk dapat meningkatkan skala usaha.

Terlihat sejak pagi pengunjung yang kebanyakan memakai seragam PNS mengunjungi stand Carido, sebagaian dari mereka tampak penasaran terkait apa yang membedakan produk tahu Carido dengan tahu pada umumnya. “ apa si mbak yang membedakan? yang ini udah bebas formalin kan”? demikian serentetan pertanyaan yang acap kali keluar dari mulut para pengunjung.

Respon yang positif dari event ini terlihat bukan saja dari banyaknya pengunjung yang mendatangi stand TAHUKU, namun juga tampak dari ludesnya stock yang disiapkan Carido pada stand miliknya padahal acara belum benar-benar selesai. Walhasil, pada pukul 2 siang Carido pun terpaksa menutup stand tersebut dengan senyum mengembang sembari berucap ”saya berterima kasih sekali kepada Mercy Corps yang sudah membantu saya hingga sekarang”.[]A. Suryana

Kamis, 14 April 2011

Showroom Primkopti: Pelayanan Satu Atap Bagi Pengrajin Tahu & Tempe

Lebih kurang 150 orang undangan baik dari pihak pemerintah, para pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (KOPTI), media, ibu-ibu PKK dan juga para pengrajin tahu & tempe ikut menghadiri acara diskusi dan peluncuran produk di halaman kantor Gedung Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Jakarta Selatan, Jalan Kalibata Tengah No.9 Jakarta Selatan pada Selasa kemarin, 12 April 2011. Primkopti Jakarta Selatan mengetengahkan peran serta dan aplikasi pelayanan satu atap para pengrajin tahu dan tempe anggotanya.

“Jika sebelumnya, usaha pelayanan Primkopti hanya pada penyediaan bahan baku kedelai kepada pengrajin tahu tempe, kini kami mulai menambahkan penyediaan peralatan produksi yang lebih higienis”, ujar H. Tjasbari selaku pengurus dari Primkopti Jakarta Selatan.

Dimulai acara diskusi pada sesi pagi hari yang menampilkan paparan dari pihak Primkopti Jakarta Selatan sendiri, Program Tahu & Tempe Mercy Corps dan juga Prima Finance, sebuah lembaga pembiayaan yang terlibat dalam hal pembiayaan peralatan bagi pengrajin tahu tempe yang menginginkan membeli peralatan higienis secara kredit.

Direktur Prima Finance dan Ketua Umum Primkopti Jakarta Selatan juga melakukan penandatangan nota kesepahaman/MoU sebagai bentuk kerjasama aktif dalam membantu pembiayaan peralatan higienis bagi para pengrajin tahu tempe anggota Primkopti Jakarta Selatan serta tersedianya ruang pamer/showroom untuk peralatan produksi yang higienis tersebut.

“Ini merupakan potensi bagi usaha kami menyediakan pembiayaan peralatan higienis bagi pengrajin tahu tempe, selain jug sebagai bentuk tanggung jawab sosial kami untuk mendorong pengrajin memproduksi tahu dan tempe yang sangat digemari oleh masyarakat agar lebih higienis lagi,” kata Dedy Araan dari Prima Finance.

Memang selama ini peralatan produksi yang digunakan oleh para pengrajin tahu dan tempe masih secara sederhana, seperti drum untuk perebusan kedelai tempe menggunakan drum bekas oli yang jelas tidak memenuhi standar kesehatan. Sementara tahang kayu untuk tahu yang permukaannya tidak mulus sehingga sisa-sisa kedelai masih menempel dan mempercepat pembusukan. Produk tahu jadi tidak tahan lama.
   
Mercy Corps mencoba menawarkan produksi yang lebih higienis, efisien dan ramah lingkungan. Antara lain dengan peralatan stainless steel. Misalnya untuk merebus kedelai dalam pembuatan tempe, drum bekas oli diganti dengan drum stainless. Dan tahang dari stainless steel yang menggantikan tahang dari kayu jati yang diperlukan dalam pembuatan tahu. Ada juga ketel uap, alat giling, dan beberapa peralatan lain. Bahan bakar yang digunakan adalah gas yang menggantikan kayu bakar.

“Awalnya kami membantu dengan memberikan subsidi kepada pengrajin di berbagai wilayah di Jabotabek, termasuk di Jakarta Selatan untuk peralatan berupa drum stainless steel untuk produksi tempe dan juga kegiatan studi banding bagi pengrajin tahu melihat pabrik tahu yang sudah menerapkan produksi yang higienis, efisien dan ramah lingkungan di Bekasi dan Bandung., ungkap Irfansyah, Program Manajer Tahu & Tempe (T&T Program) Mercy Corps, yang dilanjutkan oleh H. Sutaryo, Ketua Bidang Usaha Primkopti Jakarta Selatan, “Ini sebagai usaha yang baik untuk dilanjutkan oleh kami untuk membantu meningkatkan kualitas produksi anggota kami para pengrajin tahu dan tempe”.

Sementara Direktur Mercy Corps Indonesia Sean Granville-Ross mengatakan, kegiatan ini tidak hanya ditujukan bagi perajin untuk meningkatkan produksi. ”Ini juga menjadi titik awal untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen terhadap makanan sehat dan higienis,” katanya.


Dalam sesi kedua di siang hari, acara utama adalah peluncuran produk/launching product tempe berlabel dari salah satu pengrajin tempe anggota Primkopti Jakarta Selatan, “Tempe Sahroni”. Diperkenalkan produk tempe tersebut bahwa proses produksinya telah menggunakan peralatan yang higienis dan si pengrajin adalah anggota Primkopti Jakarta Selatan. “Jadi label ini untuk membedakan bahwa ini merupakan tempe yang bagus dan higienis, drumnya sudah tidak pakai drum bekas oli lagi, tetapi drum stainless steel”, jelas H. Tjasbari saat melakukan penyerahan secara simbolik produk tempe tersebut kepada seorang ibu sebagai perwakilan konsumen.

“Dari penggantian bahan bakar memang akan ada pembengkakan biaya. Rata-rata dalam satu hari seorang perajin yang mengolah sekitar 100 kilogram kedelai membutuhkan 1 kuintal kayu bakar seharga Rp 12.000. Jika memakai gas, diperlukan satu seperempat tabung gas ukuran 3 kilogram seharga sekitar Rp 18.000. Namun, konsistensi penggunaan peralatan ramah lingkungan membuat pabrik akan lebih efisien, bersih, asap berkurang, dan produksi tahu tempe bakal otomatis terdongkrak”, kata Irfansyah kembali, yang diamini oleh H. Sutaryo kembali, “laba pun bakal bertambah”.

Dalam bagian akhir acara tersebut, juga dilakukan pembagian doorprize melalui tantangan bernyanyi diantara para pengrajin tahu dan tempe yang hadir untuk menyanyikan lagu “Tahu Tempe” lagu dari era tahun 70-an oleh Oslan Husein dan juga lomba cara produsen tempe mempromosikan produk tempe yang higienis kepada konsumen mereka. Para pengrajin tampak senang dan terhibur dengan acara perlombaan tersebut.

Usai perlombaan, acara ditutup. Kemudian para pengrajin dapat secara langsung mengunjungi showroom peralatan produksi. Beberapa dari pengrajin tempe terlihat sibuk melihat-lihat dan bertanya kepada staf Prima Finance tentang peralatan-peralatan yang dipamerkan dan harga serta mekanisme pembayarannya. “Ini sangat bagus karena bisa membantu produsen untuk mendapatkan peralatan produksi yang higienis dengan lebih mudah dengan kredit, ujar Subadi seorang produsen dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Tampak terlihat beberapa produsen tersebut senang pulang dengan membawa peralatan baru yang mereka beli dari showroom tersebut. Transaksi yang tercatat dalam acara tersebut sangat bagus. Lebih dari lima pengrajin yang membeli secara tunai dan 4 orang pengrajin yang mengajukan pembelian secara kredit melalui Prima Finance. Seperti Dwi Toenanto, seorang produsen tempe dari Bintaro Jakarta Selatan yang tengah membeli burner kompor gas seharga IDR 350.000 secara tunai. “Saya sudah beli drum stainless dulu dan sekarang ada burner kompor di sini, jadi saya membelinya dengan cash. Dan ini sangat bermanfaat, pak”, jelasnya. (Alique Nursholiqin).

Berita terkait:
http://cetak.kompas.com/read/2011/04/13
http://industri.kontan.co.id

Jumat, 08 April 2011

Dipasarkan, Tahu-Tempe Ramah Lingkungan

BOGOR, KOMPAS.com — Tahu dan tempe berlabel higienis dan ramah lingkungan segera beredar di pasaran Jakarta dan sekitarnya. Adalah Primkopti, dibantu Mercy Corps Indonesia, yang akan memperkenalkan tahu dan tempe tersebut pada 12 April mendatang.

Bersamaan dengan itu, dilaksanakan juga kegiatan diskusi terbuka bertema "Peran Serta Primkopti dan Aplikasi Pola Pelayanan Satu Atap sebagai Strategi Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu Tempe". Saat ini diperkirakan industri rumahan tahu dan tempe menghasilkan pendapatan Rp 700 miliar per tahun atau 78 juta dollar AS per tahun. 

Fitria Rinawati, koordinator komunikasi Mercy Corps Indonesia, menjelaskan, produk tahu dan tempe bermerek saat ini sudah ada di pasaran. Namun, belum bisa dipastikan apakah tahu dan tempe itu sudah diproses secara higienis dan ramah lingkungan. 

"Kami berencana akan memperkenalkan kepada masyarakat tahu dan tempe yang diproduksinya higienis dan ramah lingkungan pada 12 April mendatang di kantor Primkopti di Jakarta Selatan," kata Fitria yang dihubungi per telepon, Kamis (7/4/2011) petang. 

Ia menjelaskan, yang dimaksud higienis adalah tahu dan tempe tersebut pembuatanya melalui proses yang higienis, sesuai dengan kaidah kesehatan dan keamanan untuk konsumen, mulai dari pemilihan bahan baku, kacang kedelai, sampai proses pembukusan tahu dan tempenya. Sebagai contoh, dipastikan perajin tempe dan tahu yang produknya diberi merek dan direkomendasi Primkopti tersebut sudah tidak menggunakan lagi drum-drum bekas oli untuk merebus kedelainya. Selain tidak higienis, penggunaan drum bekas oli itu juga cepat rusak karena mudah berkarat. 

Sedangkan yang dimaksud ramah lingkungan, lanjutnya, antara lain perajinnya tidak lagi menggunakan kayu sebagai bahan bakar dalam merebus kacang kedelainya, melainkan menggunakan gas. "Berdasarkan hitung-hitungannya, terbukti juga menggunakan gas, biaya produksinya menjadi lebih murah dibanding kalau perajin itu mengunakan kayu atau batang pohon," kata Fitria. 

Ramah lingkungan lainnya, limbah bekas proses pembuatan tahu tidak lagi dibuang ke saluran air atau ditumpuk begitu sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan atau udara. Limbah bekas proses pembuatan tahu itu diubah menjadi biogas, yang digunakan kembali untuk proses perebusan atau pemasakan kedelai. 

"Mungkin karena kapasitas produksinya masih kecil, limbahnya tidak cukup menghasilkan biogas yang dapat digunakan kegiatan usahanya. Tetapi paling tidak, biogas itu dapat digunakan untuk keperluan memasak sehari-hari keluarga perajin tersebut," jelas Fitria. 

Adapun Mercy Corps Indonesia melakukan intervensi pada masalah tahu dan tempe karena melihat hampir seluruh perajin tahu dan tempe, khususnya di Jakarta, belum higienis dalam memproduksi pangan yang dikonsumsi secara luas di Indonesia. Tahu dan tempe pun mengandung tinggi nutrisi dan protein, harga murah, dan enak rasanya. 

"Pada saat yang sama, tahu dan tempe telah menjadi rantai ekonomis yang menjadi kunci bagi perekonomian lokal, sebagai sumber pengahasilan dari 85.000 perajin dengan 285.000 pekerja (di mana 40-50 persennya adalah perempuan) dan menghasilkan pendapatan sekitar Rp 700 miliar per tahun atau 78 juta dollar AS per tahun," tutur Fitria. 

Mercy Corps adalah organisasi yang memfokuskan membantu di tempat-tempat sulit di dunia dengan meringankan penderitaan, kemiskinan, dan tekanan dengan mengubah krisis menjadi kesempatan membangun masyarakat yang aman, produktif, dan adil. Kantor pusatnya ada di Portland, Amerika Serikat, dan Edinburgh, Inggris, dengan kantor perwakilan ada di 40 negara, termasuk di Indonesia, tepatnya di Pancoran, Jakarta Selatan.

Source:


 


Silahkan copas [CODE]
diatas. Shout to tell us,
'n kami akan linkback:)


Tahu Tempe