Seperti direncanakan sebelumnya, Workshop pembuatan tempe yang diikuti oleh sejumlah karyawan MercyCorps akhirnya terselenggara dengan cukup lancar. Bertempat di rumah produksi tempe Pak Sunoto di daerah Kramat Djati, Jakarta Timur, pelatihan dalam rangka "Tujuhbelasan" itu dimulai sekitar pukul 11.00 hingga 14.00. Beberapa nama yang hadir sebagai peserta dalam kesempatan tersebut diantaranya Rina Melati Gultom (Procurement), Agus Haryanta (CRC-KEI), Wanri Openhard (Finance), Budi Chairuddin dan Piva Bell (ACCCRN), Fajar Hiya (Health) serta Tri Widyastuti (Goverment). Sementara dari Tim T&T diwakili oleh Ana Suryana dan Loji.
Meski berlangsung santai dan terkesan diwarnai banyak canda, acara yang dimotori oleh tim T&T MercyCorps ini berjalan dengan mulus. Kendala durasi waktu dari teknis perebusan dan perendaman yang memakan waktu panjang pun tidak menjadi masalah serius dan menghambat penyerapan "ilmu tempe" yang secara langsung ditransfer oleh Sunoto, salah satu produsen tempe percontohan T&T.
"Enak juga ya. 75 ribu udah dapat banyak..", celetuk Rina Gultom dalam perjalanan pulang. "terlalu murah jika diukur dari pengetahuan yang didapat. ditambah lagi kita juga dapat tempe mulai dari yang sudah jadi, setengah jadi hingga kedelai mentah plus ragi", tambah pak Anton.
Apa yang dirasakan Rina dan yang lain bisa jadi tidak berlebihan. meski tidak all out menunggui proses perendaman yang memakan waktu 12 jam lebih, peserta tetap bisa melihat step-step proses dengan seluruh kelengkapan yang sudah disediakan di dapur produksi. bahkan sembari melihat Pak Jumadi - salah satu karyawan Pak Sunoto - melobangi plastik tempe untuk memberi pori-pori kemasan, peserta juga ditunjukkan bagaimana proses penggodogan kacang kedelai berlangsung, takaran peragian, cara pembungkusan dengan media plastik dan daun serta lainnya.
Pak Sunoto sendiri terkesan membuka diri untuk membagi pengetahuannya. Tanpa sedikit pun kekhawatiran jika kelak salah satu dari "anak didik"nya tersebut akan menjadi pesaing hebatnya :D.
"Saya sudah sampaikan tahapan-tahapan pembuatan tempe sejauh yang saya ketahui. tinggal bapak ibu nanti mempraktekkan di rumah masing-masing. pesan saya jangan sering-sering membuka tempe yang sedang dalam proses pematangan, resikonya bisa rusak", pesannya kepada peserta di akhir acara.
Sebelum meninggalkan lokasi dapur produksi, masing-masing peserta mendapatkan paket tempe dari yang sudah matang, setengah jadi (sudah diberi ragi dan dikemas), serta kacang kedelai untuk masing-masingnya 2 kg ditambah ragi untuk praktek di rumah. Fajar Rahman, peserta asal program Health, tampak bersinar bahagia saat menerima jatah bagiannya sambil sesekali berdendang, "mabuuuuk tempeeee....!" [Loji]
Meski berlangsung santai dan terkesan diwarnai banyak canda, acara yang dimotori oleh tim T&T MercyCorps ini berjalan dengan mulus. Kendala durasi waktu dari teknis perebusan dan perendaman yang memakan waktu panjang pun tidak menjadi masalah serius dan menghambat penyerapan "ilmu tempe" yang secara langsung ditransfer oleh Sunoto, salah satu produsen tempe percontohan T&T.
"Enak juga ya. 75 ribu udah dapat banyak..", celetuk Rina Gultom dalam perjalanan pulang. "terlalu murah jika diukur dari pengetahuan yang didapat. ditambah lagi kita juga dapat tempe mulai dari yang sudah jadi, setengah jadi hingga kedelai mentah plus ragi", tambah pak Anton.
Apa yang dirasakan Rina dan yang lain bisa jadi tidak berlebihan. meski tidak all out menunggui proses perendaman yang memakan waktu 12 jam lebih, peserta tetap bisa melihat step-step proses dengan seluruh kelengkapan yang sudah disediakan di dapur produksi. bahkan sembari melihat Pak Jumadi - salah satu karyawan Pak Sunoto - melobangi plastik tempe untuk memberi pori-pori kemasan, peserta juga ditunjukkan bagaimana proses penggodogan kacang kedelai berlangsung, takaran peragian, cara pembungkusan dengan media plastik dan daun serta lainnya.
Pak Sunoto sendiri terkesan membuka diri untuk membagi pengetahuannya. Tanpa sedikit pun kekhawatiran jika kelak salah satu dari "anak didik"nya tersebut akan menjadi pesaing hebatnya :D.
"Saya sudah sampaikan tahapan-tahapan pembuatan tempe sejauh yang saya ketahui. tinggal bapak ibu nanti mempraktekkan di rumah masing-masing. pesan saya jangan sering-sering membuka tempe yang sedang dalam proses pematangan, resikonya bisa rusak", pesannya kepada peserta di akhir acara.
Sebelum meninggalkan lokasi dapur produksi, masing-masing peserta mendapatkan paket tempe dari yang sudah matang, setengah jadi (sudah diberi ragi dan dikemas), serta kacang kedelai untuk masing-masingnya 2 kg ditambah ragi untuk praktek di rumah. Fajar Rahman, peserta asal program Health, tampak bersinar bahagia saat menerima jatah bagiannya sambil sesekali berdendang, "mabuuuuk tempeeee....!" [Loji]
0 comments:
Posting Komentar