Program magang nasional sektor tahu tempe yang dihelat bersama antara Kementrian Koperasi dan Mercycorps Indonesia akan segera berakhir dan ditutup pada 6 Desember 2011. Kegiatan yang sudah berlangsung selama satu bulan tersebut berjalan dengan cukup lancar melalui berbagai kegiatan baik yang bersifat teoritis maupun aplikasi lapangan. meski tak sepenuhnya mudah, para peserta yang sebagian besar tak lain adalah putra putri perajin tahu dan tempe terlihat berusaha menyerap berbagai materi yang diberikan untuk memantapkan keyakinan bahwa sektor tahu tempe bisa jadi pilihan usaha yang memiliki prospek sangat potensial, terutama bila mampu dikelola dengan pendekatan yang lebih segar.
Dalam acara presentasi proposal usaha yang dilaksanakan di kantor kementrian koperasi (1/12/11), para peserta yang dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing menyampaikan gambarannya terkait berbagai bentuk usaha yang bisa jadi pilihan kedepan dengan berbagai perhitungan dan rencana yang diupayakan sematang mungkin.
Sebanyak 20 peserta yang hadir dalam kesempatan tersebut tampak bersemangat dan saling "serang" atas masing-masing presentasi yang disampaikan penyaji pada sesi dialog. berbagai ide usaha yang bahkan terdengar "asing" di telinga pun mencuat dalam sesi tersebut, semisal ide usaha produk tempe aneka rasa, chocolate tempe, juice tempe, kripik tahu underdog hingga one stop tempe dan produksi tempe generasi 2.
"Tempe aneka rasa merupakan terobosan menarik yang coba kami kembangkan, mengingat saat ini banyak sekali jenis-jenis makanan olahan dari hasil pengembangan makanan yang sebelumnya sudah ada. membuat tempe dengan rasa coklat bisa jadi pilihan yang akan menarik perhatian konsumen anak muda dan masyarakat pada umumnya untuk mencobanya", kata seorang penyaji membeberkan latar belakang usaha dalam presentasi proposalnya.
Menanggapi feedback forum yang mengkritik idenya sebagai hal yang kurang cocok untuk produk olahan tempe, sang penyaji pun menambahkan bahwa inovasi dan penelitian akan tetap bisa dikembangkan karena saat ini mereka ingin lebih terkonsentrasi pada cetusan ide dasar pengembangan usaha.
Muncul juga dalam forum tersebut cetusan ide produksi kripik tahu dengan brand underdog. entah apa maksud dari pemakaian kata underdog tapi yang jelas proposal usaha tersebut lebih memusatkan perhatian pada produksi kripik dari bahan dasar yang diambil dari ampas tahu. menurut penggagasnya, usaha ini meski tak besar bisa menjadi pilihan cukup taktis karena biasanya ampas tahu hanya digunakan untuk pakan ternak atau bahkan dibuang begitu saja.
"jika kita bisa memanfaatkan ampas tahu menjadi produk yang bisa bernilai ekonomi tentu hal tersebut akan sangat baik, karena tentu bahan dasar kripik akan bisa kami daptkan dengan mudah dan murah, bahkan gratis", ujar sang penyaji.
Sedikitnya 9 kelompok dengan jenis proposalnya masing-masing mencoba menyampaikan presentasinya pada forum yang merupakan hari terakhir dari program magang tersebut. Selain memberi berbagai gambaran usaha dan prospeknya, dalam kaitan tersebut para penyaji tak ketinggalan menyampaikan analisa usaha yang direncanakannya seperti mengenai volume produksi, investasi, penyusutan dan pendapatan. Meski tak semuanya mengajukan konsep dengan cukup baik, tapi Drs. Sanata, instruktur bidang perkoperasian dan kewirausahaan Kemenkop, dengan terus terang memuji semangat dan gairah kreatifitas peserta yang sedikit banyak telah memahami alur usaha yang lebih terencana dan matang.
"Sudah sepatutnya kita memperhitungkan berbagai aspek dari setiap usaha yang dijalani, dimana kematangan dalam menentukan produk, bidikan market dan manajemen keuangan menjadi sedemikian krusial untuk diperhatikan", kata Sanata.
Dalam review yang disampaikannya atas keseluruhan presentasi peserta, beliau memberi catatan yang harus benar-benar menjadi perhatian wirausahawan muda, bahwa selama ini sebagian besar usaha-usaha kecil seringkali tidak jeli dalam mendiskripsikan bentuk usaha secara spesifik ditambah manajemen keuangan yang masih sering asal-asalan.
"Jenis usaha yang dijalankan harus jelas. misalnya usaha tempe rasa, harus jelas rasa apa saja yang hendak dikembangkan. tidak bisa hanya dengan deskripsi aneka rasa karena hal tersebut juga berkaitan dengan bahan-bahan yang akan dipakai dalam proses produksi, dan karenanya juga seluruh potensi pengeluaran dalam proses usaha harus dengan detail dicantumkan seperti gaji karyawan dan transportasi karena hal ini terkait dengan biaya produksi dan perhitungan laba nantinya", tambahnya.
Sementara itu Ibu Mira dari Swisscontact sempat menanggapi diskusi peserta dengan memberi saran digunakannya forum-forum jejaring sosial yang marak sekarang ini. dicontohkannya kasus keripik Mak Icih yang meroket omsetnya melalui promosi gratis dengan memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
"usaha promosi menantang kita dengan terobosan atas berbagai kemungkinan jalan yang bisa ditempuh untuk memperkenalkan produk. dan pemanfaatan jejaring sosial menjadi pilihan yang sangat murah bahkan gratis untuk ikut mendorong peningkatan usaha kita", ungkap Mira.
Dalam acara presentasi proposal usaha yang dilaksanakan di kantor kementrian koperasi (1/12/11), para peserta yang dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing menyampaikan gambarannya terkait berbagai bentuk usaha yang bisa jadi pilihan kedepan dengan berbagai perhitungan dan rencana yang diupayakan sematang mungkin.
Sebanyak 20 peserta yang hadir dalam kesempatan tersebut tampak bersemangat dan saling "serang" atas masing-masing presentasi yang disampaikan penyaji pada sesi dialog. berbagai ide usaha yang bahkan terdengar "asing" di telinga pun mencuat dalam sesi tersebut, semisal ide usaha produk tempe aneka rasa, chocolate tempe, juice tempe, kripik tahu underdog hingga one stop tempe dan produksi tempe generasi 2.
"Tempe aneka rasa merupakan terobosan menarik yang coba kami kembangkan, mengingat saat ini banyak sekali jenis-jenis makanan olahan dari hasil pengembangan makanan yang sebelumnya sudah ada. membuat tempe dengan rasa coklat bisa jadi pilihan yang akan menarik perhatian konsumen anak muda dan masyarakat pada umumnya untuk mencobanya", kata seorang penyaji membeberkan latar belakang usaha dalam presentasi proposalnya.
Menanggapi feedback forum yang mengkritik idenya sebagai hal yang kurang cocok untuk produk olahan tempe, sang penyaji pun menambahkan bahwa inovasi dan penelitian akan tetap bisa dikembangkan karena saat ini mereka ingin lebih terkonsentrasi pada cetusan ide dasar pengembangan usaha.
Muncul juga dalam forum tersebut cetusan ide produksi kripik tahu dengan brand underdog. entah apa maksud dari pemakaian kata underdog tapi yang jelas proposal usaha tersebut lebih memusatkan perhatian pada produksi kripik dari bahan dasar yang diambil dari ampas tahu. menurut penggagasnya, usaha ini meski tak besar bisa menjadi pilihan cukup taktis karena biasanya ampas tahu hanya digunakan untuk pakan ternak atau bahkan dibuang begitu saja.
"jika kita bisa memanfaatkan ampas tahu menjadi produk yang bisa bernilai ekonomi tentu hal tersebut akan sangat baik, karena tentu bahan dasar kripik akan bisa kami daptkan dengan mudah dan murah, bahkan gratis", ujar sang penyaji.
Sedikitnya 9 kelompok dengan jenis proposalnya masing-masing mencoba menyampaikan presentasinya pada forum yang merupakan hari terakhir dari program magang tersebut. Selain memberi berbagai gambaran usaha dan prospeknya, dalam kaitan tersebut para penyaji tak ketinggalan menyampaikan analisa usaha yang direncanakannya seperti mengenai volume produksi, investasi, penyusutan dan pendapatan. Meski tak semuanya mengajukan konsep dengan cukup baik, tapi Drs. Sanata, instruktur bidang perkoperasian dan kewirausahaan Kemenkop, dengan terus terang memuji semangat dan gairah kreatifitas peserta yang sedikit banyak telah memahami alur usaha yang lebih terencana dan matang.
"Sudah sepatutnya kita memperhitungkan berbagai aspek dari setiap usaha yang dijalani, dimana kematangan dalam menentukan produk, bidikan market dan manajemen keuangan menjadi sedemikian krusial untuk diperhatikan", kata Sanata.
Dalam review yang disampaikannya atas keseluruhan presentasi peserta, beliau memberi catatan yang harus benar-benar menjadi perhatian wirausahawan muda, bahwa selama ini sebagian besar usaha-usaha kecil seringkali tidak jeli dalam mendiskripsikan bentuk usaha secara spesifik ditambah manajemen keuangan yang masih sering asal-asalan.
"Jenis usaha yang dijalankan harus jelas. misalnya usaha tempe rasa, harus jelas rasa apa saja yang hendak dikembangkan. tidak bisa hanya dengan deskripsi aneka rasa karena hal tersebut juga berkaitan dengan bahan-bahan yang akan dipakai dalam proses produksi, dan karenanya juga seluruh potensi pengeluaran dalam proses usaha harus dengan detail dicantumkan seperti gaji karyawan dan transportasi karena hal ini terkait dengan biaya produksi dan perhitungan laba nantinya", tambahnya.
Sementara itu Ibu Mira dari Swisscontact sempat menanggapi diskusi peserta dengan memberi saran digunakannya forum-forum jejaring sosial yang marak sekarang ini. dicontohkannya kasus keripik Mak Icih yang meroket omsetnya melalui promosi gratis dengan memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
"usaha promosi menantang kita dengan terobosan atas berbagai kemungkinan jalan yang bisa ditempuh untuk memperkenalkan produk. dan pemanfaatan jejaring sosial menjadi pilihan yang sangat murah bahkan gratis untuk ikut mendorong peningkatan usaha kita", ungkap Mira.
0 comments:
Posting Komentar