Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tempe dan tahu merupakan makanan tradisional yang sangat populer. Kepopuleran tempe dan tahu tersebut ditunjang oleh harganya yang relatif murah, rasanya enak, kandungan gizinya tinggi, memiliki potensi medis, berkhasiat untuk kesehatan, dan mudah diolah menjadi berbagai hidangan makanan.
Di Indonesia, jumlah perngrajin baik tahu maupun tempe diperkirakan mencapai lebih dari 83,545 , jumlah inipun belum di tambah dengan pekerja dan renter yang terlibat didalamnya. Sehingga tak mengherankan industri tahu tempe mempunyai peranan besar dalam menggerakkan roda perekomonian masyarakat.
Namun tidak dapat dipungkri Industri Tahu Tempe masih dihadapkan dengan berbagai kendala, antara lain seperti kurangnya pengetahuan dan kepedulian lingkungan di kalangan pengrajin tahu tempe itu sendiri, serta keterbatasan modal yang membuat sebagian besar industri ini masih jauh dari aspek hygiene dan bersih. Maka tak mengherankan makanan tahu tempe masih sering dianggap sebagai makanan ”nomor dua”. Padahal bila melihat dari segi kesehatan, kandungan gizi tempe maupun tahu sangatlah tinggi.
Pola Pembiayaan Kredit Untuk Investasi Produksi yang Hygienis
Dalam kaitan persoalan yang dihadapi oleh para produsen tahu tempe serta peluang-peluang yang memungkinkan, pola pembiayaan kredit merupakan model pelayanan yang cukup taktis. Pola ini dapat membantu tiap tiap perajin di wilayah jakarta barat untuk memperbaiki peralatan produksinya dengan kemudahan pembiayaan, mengingat kebutuhan modal yang cukup besar menjadi kendala dalam perbaikan produksi.
Jika penggunaan peralatan produksi dari stainless disadari sebagi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas produk tahu atau tempe, sementara banyak produsen terkendala persoalan akses dana untuk membeli peralatan produksi dimaksud, maka aplikasi pola pembiayaan kredit menjadi pilihan yang sangat relevan. Dengan sistem seperti ini tentu diperlukan koordinasi dan kerjasama antara pihak koperasi, equipment supplier serta perusahaan leasing. Koperasi dapat segera melakukan pendataan pada anggotanya yang akan membeli peralatan dengan cara cicilan dan melakukan pembelian, sementara suplier mempersiapkan stock pemesanan atas peralatan yang diperlukan, sementara perusahaan leasing akan bertugas untuk “mengeksekusi” role yang sudah disepakati, misal barang yang sudah diterima produsen akan ditarik kembali bila kelak terjadi persoalan penarikan cicilan.
Sosialisasi dan Peluncuran Produk
Mempertimbangkan hal ini, program Tofu and Tempe Mercy Corps, bekerjasama dengan Primkopti Jakarta Barat akan menyelenggarakan Sosialisasi dan Peluncuran Produk yang mengambil tema ” Peranserta Primkopti Dan Aplikasi Pola Pembiayaan Kredit Sebagai Strategi Untuk Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu-Tempe”, yang sedianya akan dihelat pada 20 Mei 2011 di kompleks Primkopti Jakbar. Dalam acara tersebut, selain agenda • Seminar dan Diskusi terbuka, juga diikuti acara Direct Selling peralatan tahu tempe hygienis melalui pembiayaan leasing serta Peresmian showroom equipment tahu tempe untuk wilayah Kopti Jakarta Barat.
Melalui kegiatan ini diharapkan bukan saja dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, namun juga sebagai upaya untuk dapat mewujudkan peningkatan kualitas produksi tahu tempe yang lebih baik. Dan melalui pola bisnis yang berbasis kemitraan, diharapkan nantinya akan dapat membuka peluang-peluang lain yang lebih luas. Investasi dan perbaikan alat-alat produksi selanjutnya bukan saja memberi manfaat ke dalam (sektor produksi), tapi juga tentu akan menguntungkan masyarakat konsumen tahu tempe Indonesia secara umum dengan ditandai oleh meningkatnya kualitas produksi, aplikasi teknologi ramah lingkungan serta akses informasi atas produk yang dapat dipertanggungjawabkan melalui jalan branding atau pelabelan.
Mempertimbangkan hal ini, program Tofu and Tempe Mercy Corps, bekerjasama dengan Primkopti Jakarta Barat akan menyelenggarakan Sosialisasi dan Peluncuran Produk yang mengambil tema ” Peranserta Primkopti Dan Aplikasi Pola Pembiayaan Kredit Sebagai Strategi Untuk Menjawab Tantangan Perbaikan Produksi Tahu-Tempe”, yang sedianya akan dihelat pada 20 Mei 2011 di kompleks Primkopti Jakbar. Dalam acara tersebut, selain agenda • Seminar dan Diskusi terbuka, juga diikuti acara Direct Selling peralatan tahu tempe hygienis melalui pembiayaan leasing serta Peresmian showroom equipment tahu tempe untuk wilayah Kopti Jakarta Barat.
Melalui kegiatan ini diharapkan bukan saja dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, namun juga sebagai upaya untuk dapat mewujudkan peningkatan kualitas produksi tahu tempe yang lebih baik. Dan melalui pola bisnis yang berbasis kemitraan, diharapkan nantinya akan dapat membuka peluang-peluang lain yang lebih luas. Investasi dan perbaikan alat-alat produksi selanjutnya bukan saja memberi manfaat ke dalam (sektor produksi), tapi juga tentu akan menguntungkan masyarakat konsumen tahu tempe Indonesia secara umum dengan ditandai oleh meningkatnya kualitas produksi, aplikasi teknologi ramah lingkungan serta akses informasi atas produk yang dapat dipertanggungjawabkan melalui jalan branding atau pelabelan.
0 comments:
Posting Komentar