Jumat, 07 Oktober 2011

Mengenal Sosok Sang "Doktor Tempe"

Pada sebuah kesempatan DR. Susianto, seorang ahli gizi yang juga ketua Institut Vegetarian Society  (IVS) Indonesia menjelaskan tentang pola makan vegetarian. Vegetarian terbagi dari tiga jenis, pertama vegetarian lakto-ovo yaitu seorang vegetarian yang masih memakan telur dan susu. Kedua adalah vegetarian yang mengonsumsi telur. Terakhir, vegan atau total vegetarian, yaitu tidak lagi mengonsumsi segala sesuatu yang berhubungan dengan hewan, termasuk telur dan susu.

Sejauh ini, menurut Susianto, di banyak negara telah terbukti, seorang vegan sangat sulit terjangkit penyakit, terutama kanker. Bahkan sejumlah negara membuat inovasi agar masyarakat beralih kepada vegetarian.

Menurut Lelaki kelahiran 1967 silam ini, di Inggris telah ada 7.000 makanan bersertifikat dari nabati. Sertifikat dikeluarkan Lembaga Vegetarian Society Inggris yang memberikan simbol V kepada makanan tersebut.

Di beberapa negara lainnya, hari vegetarian ditetapkan di sekolah untuk membuat pola makan siswa bisa beralih kepada vegetarian. Susianto mengatakan, saat ini di Indonesia, telah digodok Rancangan Undang-Undang yang melarang iklan susu formula kepada anak yang masih mengonsumsi ASI eksklusif. Ini untuk mengurangi dampak susu formula kepada perkembangan usia anak.

Susianto yang saat ini menjadi ketua Indonesia Vegetarian Society (IVS) menjelaskan, betapa pentingnya menjadi seorang vegetarian. Ketakutan masyarakat saat ini menganggap, vitamin B12 hanya ada pada daging ditepisnya. “Kandungan B12 juga ada pada tempe. Dua kali lipat dibanding daging yaitu sekitar 5,9 miligram. Sementara daging hanya 3 miligram,” tuturnya.

Sejauh ini, tempe sudah diminati banyak negara. “Bahkan di Inggris dan Spanyol,”  katanya lagi, seolah mempromosikan makanan dari kedelai itu.

Ditambahkan, kandungan zat lain yang dibutuhkan tubuh banyak ditemukan pada tempe jika diolah dengan baik. Tempe memiliki kalori sekitar 149 mg, zat besi sekitar 10 mg, dan kalsium 129 mg. Bandingkan dengan daging. Kandungan kalorinya hanya 207 mg, zat besi 10 mg, dan kalsium hanya sekitar 11 mg. Sementara itu, wijen dapat menjadi alternatif bagi vegetarian. Sekitar 1.160 mg kalsium per gramnya terkandung dalam wijen, jauh lebih tinggi dibanding susu.

Berbagai temuan tersebut, adalah buah penelitiannya yang didapatkan ketika menempuh kuliah S-3 di Universitas Jakarta di bidang gizi. “Karena sering meneliti tempe, waktu wisuda saya sempat diberikan gelar doktor tempe dari dekan saya. Lha, saya sangat bangga,” ujarnya, lalu tertawa.

Dia pernah meriset suatu daerah yang hampir 100 persen ibu telah tahu pentingnya ASI. Anehnya, hampir seratus persen juga para ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Padahal, ASI dapat mengurangi risiko insomnia, kanker payudara, jantung, osteoporosis, dan lain-lain.

Dia berkata, angka kematian bayi dan ibu saat ini masih sangat tinggi yaitu sekitar 17 persen. Salah satunya disebabkan masih sedikit bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Bukan itu saja, tanpa memberi ASI eksklusif, ibunya dapat terserang kanker payudara.


Komunitas Vegetarian
Secara internasional, komunitas vegetarian telah. Untuk nasional, ada Indonesia Vegetarian Society (IVS). Komunitas vegetarian awalnya beranggota 60 ribu orang. Namanya dulu Keluarga Vegetarian Maitreya Indonesia (KMVI). Pada 8 Agustus 1998 berganti menjadi Indonesian Vegetarian Society  (IVS) dengan moto Save our World.  IVS adalah organisasi nirlaba yang terdaftar dalam International Vegetarian Union sejak 1999.

Menurut Susianto, terbentuknya organisasi vegetarian di Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain. Apalagi dengan Inggris yang telah membentuk organisasi vegetarian sejak 1847. Beberapa tujuan IVS, di antaranya menyebarluaskan informasi vegetarian di Indonesia, mengembangkan cinta kasih universal, serta menyelamatkan kehidupan dunia melalui vegetarianisme.

Hidup dengan pola vegetarian, sambung Susianto, tidak menyalahi kodrat manusia. Konsep vegetarian adalah memperoleh gizi seimbang yang bisa didapat dari makanan nabati tanpa keharusan mendapatkan gizi hewani.

Memakan nabati juga sesuai imbauan Perserikatan Bangsa-bangsa. Mengurangi konsumsi hewani lebih ramah lingkungan. Apalagi, peternakan hewan memberi kontribusi besar terhadap global warming. Food Agriculture Organization (FAO) mencatat, kontribusi peternakan terhadap efek rumah kaca sebesar 18 persen. Lebih tinggi dari sektor lain seperti transportasi udara, laut, dan darat yang hanya 13 persen. (*/qi)

0 comments:

Posting Komentar

'Related Post:' Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 


Silahkan copas [CODE]
diatas. Shout to tell us,
'n kami akan linkback:)


Tahu Tempe